Pada asalnya, manusia adalah bertauhid. Dan bertauhid merupakan fitrah yang dikurniakan Allah untuk manusia. Allah berfirman,
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Ar-Rum 30: 30)
Dan Nabi s.a.w. bersabda,
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (beragarna Islam), maka kedua ibu bapa-nya-lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Kerana itu, syirik adalah unsur luar yang menyusup terhadap fitrah tersebut. Dan pertama kali, syirik serta penyimpangan aqidah itu terjadi pada kaum Nuh a.s.. Mereka menyembah patung-patung. Lalu datanglah Amir bin Luhay al-Khuza’i, dan mengubah agama Ibrahim serta membawa patung-patung ke Tanah Arab, dan ke tanah Hijaz secara khusus, sehingga patung-patung itu pun disembah selain Allah. Selanjutnya perbuatan syirik itu menyebar ke negeri suci tersebut dan negeri-negeri tetangganya, sampai kemudian Allah mengutus Nabi-Nya, Muhammad untuk menyeru manusia kepada tauhid dan mengikuti agarna Ibrahim. Beliau berjuang keras sampai aqidah tauhid dan agama Ibrahim kembali lagi dianut. Beliau menghancurkan patung-patung, dengannya Allah menyempurnakan agama ini serta menyempurnakan nikmat-Nya untuk segenap alam. Demikianlah, generasi-generasi pertama yang diutama-kan dan umat ini berjalan di atasnya, sampai kemudian kebodohan (tentang agama) bermaharajalela pada generasi-generasi akhir dan unsur-unsur asing dari agama-agama lain merasukinya, sehingga kembali merebaklah kesyirikan di tengah-tengah umat. Hal yang juga disebabkan oleh dai-dai sesat (pendakyah) dan didirikannya bangunan-bangunan di atas kuburan sebagai bentuk pengagungan kepada para wali dan orang-orang soleh dengan dalih cinta kepada mereka, hingga dibinakan di atas kuburan mereka bangunan-bangunan/simbol-simbol peringatan, dan dijadikan sembahan-sembahan selain Allah dengan segala bentuk pendekatan, baik dengan doa, memohon pertolongan, menyembelih (kurban) atau nadzar karena kedudukan mereka. Ini adalah perbuatan syirik dalam beribadah kepada Allah.
Adapun terhadap tauhid rububiyah maka mereka mengakuinya. Dan tidak ada manusia yang mengingkari rububiyah kecuali sedikit sekali, seperti Fir’aun, orang-orang atheis (free thinker) dan komunis pada zaman Ini. Tetapi pengingkaran mereka tersebut hanyalah karena kesombongan mereka. Jika tidak, tentu mereka mahu tidak mahu akan mengakuinya dalam hati dan sanubari mereka, sebagaimana firman Allah,
Dan mereka rnengingkarinya karena kezhaliman dan kesornbongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kehenaran)-nya.” (An-Nami: 14)
No comments:
Post a Comment