__________________________________________________________________________________

| Nawawi | Aqeedah | Fiqh | Anti Syirik | Galeri Buku | Galeri MP3 | U-VideOo |
__________________________________________________________________________________

Monday, August 25, 2008

066 - (Bahagian 6) - Prinsip-prinsip Ahlus Sunnah Menurut Imam Ahmad

(Bahagian 6) - Prinsip-prinsip Ahlus Sunnah Menurut Imam Ahmad

http://aqidah-wa-manhaj.blogspot.com

Dari imam Ahmad bin Hanbal (katanya):

Dasar ahlus sunnah menurut kami adalah,

13 - Al-Quran adalah kalam Allah dan bukan makhluk, dan tidak boleh bersikap lemah untuk mengatakan al-Qur’an bukan makhluk, kerana sesungguhnya kalam Allah itu tidak terpisah dari-Nya, dan tiada suatu bahagian pun dari-Nya yang makhluk. Dan hindarilah berdebat dengan orang yang membuat (mengadakan) perkara baru berkenaan dengannya, orang yang mengatakan Iafazku dengan al-Qur’an adalah makhluk dan selainnya serta orang yang tawaqquf tentangnya, yang mengatakan: “Aku tidak tahu makhluk atau bukan makhluk akan tetapi ia adalah kalam Allah,” kerana orang ini adalah ahli bid’ah (dan mereka disebut dengan al-Waaqifah.) sebagaimana orang yang mengatakan al-Qur’an adalah makhluk. Sesungguhnya al-Qur’an adalah kalam Allah dan bukan makhluk.

14 - Beriman terhadap ru’yah (melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala) pada hari kiamat sebagaimana hadis-hadis sahih yang diriwayatkan dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam.

Penjelasan/Syarah:

Perkara ini adalah berdasarkan hadis Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam:

“Berdebat berkaitan al-Qur’an adalah kekufuran.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan selainnya. Lihat Shahih al-Jaami’ (6687). Imam ath-Thahawi berkata dalam kitab Aqidahnya: “Kami tidak membicarakan tentang (bagaimana) Allah dan tidak berdebat tentang agama Allah.” Makruh tersebut adalah makruh tahrim disebabkan apa yang telah kami sebutkan tadi)

Al-Lafzhiyyah adalah orang yang mengatakan lafaz/ucapanku dengan al-Qur’an adalah makhluk. (lihat asy-Syarii’ah, karya al-Ajurri, hal. 89)

Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman:

“lngatlah, menciptakan dan mernerintah hanyalah hak Allah.” (Surah al-A’raaf, 7: 54)

lbnu ‘Uyainah dan selainnya berkata: “Al-Khalqu adalah ciptaan Allah Tabaaraka wa Ta’ala dan Al-Amru adalah al-Qur ’an.”

Umar berkata: “al-Qur’an adalah kalam Allah, maka janganlah kalian memalingkannya berdasarkan kepada pendapat-pendapat fikiran kalian.” (Hasan Lighairihi, lihat asy-Syarii’ah (atsar: 69))

Imam Malik berkata: “al-Qur’an adalah kalam Allah, dan sangat keji orang yang mengatakan al-Qur’an adalah makhluk.”

Imam Malik berpendapat orang tersebut dihukum dengan pukulan dan dipenjara hingga mati.” (Diriwayatkan oleh al-Ajurri dengan Isnad yang sahih (atsar: 79))

Imam asy-Syafi’i berkata: “al-Qur’an adalah kalam Allah bukan makhluk, barangsiapa yang mengatakan al-Qur’an adalah makhluk maka Ia telah kafir.” (Diriwayatkan oleh Al-Ajurri di dalam asy-Syarii’ah (atsar: 90) dengan sanad yang sahih, dan lbnu Baththah (2/Q577). Lihat Ta’Iiq terhadap Aqidah at-Thahawiyyah, hal. 24, 38, 39 dan Aqidah Wasithiyyah (46 50))

Berkenaan dengan ru’yah pada hari kiamat, dalil-dalilnya sangat banyak. Di antaranya adalah firman Allah Subahanahu wa Ta’ala:

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (syurga) dan tambahannya.” (Surah Yunus, 10: 26)

Nabi menafsirkan lafaz ‘az-ziyaadah’ dalam ayat tersebut dengan kenikrnatan melihat Allah bagi kaum mu’minin pada hari kiamat. Sebagaimana di dalam hadis Shuhaib yang diriwayatkan oleh Muslim (hadits: 181). Lihat takhrijnya di dalam kitab asy-Syarii’ah (393))

Dan firman-Nya pula:

“Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat.” (Surah al-Qiyaamah: 22-23)

Dan sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam:

“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian pada hari kiamat sebagaimana kalian melihat bulan (purnama) ini, kalian tidak berasak-asak ketika melihatnya.” (Muttafaqun ‘Aalaih)

Yakni kaum mu’mjnjn mejihat Rabb mereka pada hari kiamat. (Lihat Aqidah Wasithiyyah hal. 51. Hadis-hadisnya mutwatir sebagaimana yang telah dinyatakan oleh sebahagian para ulama seperti al-Hafiz Ibnu Hajar di dalam kitab Fathul Baari (1/203))

Dinukil dan disunting dari:

Kitab Ushulus Sunnah, oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Tahqiq/Syarah Walid bin Muhammad Nubaih, m/s. 75-78. (Edisi Terjemahan: Terbitan Pustaka Darul Ilmi, Mac 2008M)

No comments: