(Bahagian 19) - Prinsip-prinsip Ahlus Sunnah Menurut Imam Ahmad
http://aqidah-wa-manhaj.blogspot.com
Dari imam Ahmad bin Hanbal (katanya):
Dasar ahlus sunnah menurut kami adalah,
38 - Barangsiapa berjumpa dengan Allah di mana hukuman telah dilaksanakan hukuman atas dosanya di dunia, maka itu adalah kaffarahnya (penghapus dosanya). Sebagaimana dijelaskan di dalam hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
39 – Barangsiapa berjumpa Allah dengan keadaan yang terus-menerus melakukan dosa tanpa bertaubat dari dosanya, yang mana dosa-dosa tersebut mengharuskannya disiksa, maka urusannya terserah kepada Allah. Jika dia berkehendak, Dia menyiksanya. Dan jika Dia berkehendak, Dia mengampuninya. (Imam Ahmad bin Hanbal, Ushulus Sunnah, prinsip 38 & 39)
Penjelasan/Syarah:
Hadisnya adalah sahih iaitu sebagaimana yang dijelaskan dari Khuzaimah bin Tsabit dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
“Barangsiapa melakukan dosa dan kemudian dilaksanakan hukuman kepadnaya di atas sebab dosa tersebut kepadanya, maka hukuman itu adalah sebagai kaffarahnya (penghapus dosanya).” (Dikeluarkan oleh Ahmad (5/215), dan al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani menghasankan isnadnya di dalam Fathul Baari (1/86). Lihat juga Silsilah Ahaadis ash-Shahihah (1755))
Dan di dalam hadis dari Ubadah bin Shamit secara marfu’,
“Berbai’atlah kepadaku untuk tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anak kamu, tidak akan berdusta yang kamu ada-adakan di antara tangan dan kaki kamu dan tidak akan bermaksiat dalam urusan yang baik. Maka barangsiapa di antara kamu yang menyempurnakan (bai’at ini), maka pahalanya ditanggung Allah. Dan barangsiapa yang melakukan sesuatu dari (larangan) itu, lalu dia dihukum (dengan had) di dunia, maka itu merupakan penebus dosa. Dan barangsiapa yang melakukan sesuatu dari itu, lalu Allah menutupinya, maka dia terserah kepada Allah. Jika Dia (Allah) berkehendak, Dia menyiksanya. Dan jika Dia berkehendak, Dia memaafkannya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari (1/81). Dan banyak lagi selainnya. Dan diriwayatkan oleh Muslim, hadis no. 1709, Kitab al-Hudud, bab 10)
Dan Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu pun dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu, bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya.” (an-Nisaa’, 4: 116)
Dan lihat pula at-Ta’liq ‘Ala ath-Thahawiyyah, hal. 45 dan syarahnya hal. 37 dan yang setelahnya.
Dinukil dan disunting dari:
Kitab Ushulus Sunnah, oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Tahqiq/Syarah Walid bin Muhammad Nubaih, m/s. 123-124. (Edisi Terjemahan: Terbitan Pustaka Darul Ilmi, Mac 2008M)
http://aqidah-wa-manhaj.blogspot.com
Dari imam Ahmad bin Hanbal (katanya):
Dasar ahlus sunnah menurut kami adalah,
38 - Barangsiapa berjumpa dengan Allah di mana hukuman telah dilaksanakan hukuman atas dosanya di dunia, maka itu adalah kaffarahnya (penghapus dosanya). Sebagaimana dijelaskan di dalam hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
39 – Barangsiapa berjumpa Allah dengan keadaan yang terus-menerus melakukan dosa tanpa bertaubat dari dosanya, yang mana dosa-dosa tersebut mengharuskannya disiksa, maka urusannya terserah kepada Allah. Jika dia berkehendak, Dia menyiksanya. Dan jika Dia berkehendak, Dia mengampuninya. (Imam Ahmad bin Hanbal, Ushulus Sunnah, prinsip 38 & 39)
Penjelasan/Syarah:
Hadisnya adalah sahih iaitu sebagaimana yang dijelaskan dari Khuzaimah bin Tsabit dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
“Barangsiapa melakukan dosa dan kemudian dilaksanakan hukuman kepadnaya di atas sebab dosa tersebut kepadanya, maka hukuman itu adalah sebagai kaffarahnya (penghapus dosanya).” (Dikeluarkan oleh Ahmad (5/215), dan al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani menghasankan isnadnya di dalam Fathul Baari (1/86). Lihat juga Silsilah Ahaadis ash-Shahihah (1755))
Dan di dalam hadis dari Ubadah bin Shamit secara marfu’,
“Berbai’atlah kepadaku untuk tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anak kamu, tidak akan berdusta yang kamu ada-adakan di antara tangan dan kaki kamu dan tidak akan bermaksiat dalam urusan yang baik. Maka barangsiapa di antara kamu yang menyempurnakan (bai’at ini), maka pahalanya ditanggung Allah. Dan barangsiapa yang melakukan sesuatu dari (larangan) itu, lalu dia dihukum (dengan had) di dunia, maka itu merupakan penebus dosa. Dan barangsiapa yang melakukan sesuatu dari itu, lalu Allah menutupinya, maka dia terserah kepada Allah. Jika Dia (Allah) berkehendak, Dia menyiksanya. Dan jika Dia berkehendak, Dia memaafkannya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari (1/81). Dan banyak lagi selainnya. Dan diriwayatkan oleh Muslim, hadis no. 1709, Kitab al-Hudud, bab 10)
Dan Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu pun dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu, bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya.” (an-Nisaa’, 4: 116)
Dan lihat pula at-Ta’liq ‘Ala ath-Thahawiyyah, hal. 45 dan syarahnya hal. 37 dan yang setelahnya.
Dinukil dan disunting dari:
Kitab Ushulus Sunnah, oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Tahqiq/Syarah Walid bin Muhammad Nubaih, m/s. 123-124. (Edisi Terjemahan: Terbitan Pustaka Darul Ilmi, Mac 2008M)
No comments:
Post a Comment