(Bahagian 13) - Prinsip-prinsip Ahlus Sunnah Menurut Imam Ahmad
http://aqidah-wa-manhaj.blogspot.com
Dari imam Ahmad bin Hanbal (katanya):
Dasar ahlus sunnah menurut kami adalah,
30 – Pembahagian fa’i (harta rampasan perang dan kaum kafir tanpa terjadi peperangan) dan penegakan hukuman-hukuman harus diserahkan kepada para
imam (pemimpin). Tidak boleh bagi siapapun untuk mencela dan menyelisihinya. (Imam Ahmad bin Hanbal, Ushulus Sunnah, prinsip 30)
Penjelasan/Syarah:
Kerana ini adalah Sunnah Rasulullah dan para Khalifah ar-Rasyidin radhiyallahu ‘anhum. Dan di dalam hadis disebutkan:
“Kami (para sahabat) membai’at Rasulullah untuk sentiasa mendengar dan taat sama ada di waktu susah atau pun senang, sama ada ianya disukai atau dibenci (oleh kami). Dan agar kami tidak menyelisihi para pemimpin muslimin walaupun mereka melakukan kezaliman terhadap kami. Dan agar kami mengatakan yang haq di mana pun kami berada. Kami tidak takut celaan orang yang mencela di dalam menjalankan penintah Allah.” (Muttafaqun ‘alaihi, dari hadis Ubadah bin Shamit. Al-Bukhari (hadis no. 7199) dan Muslim (hadis no. 1709))
Di dalam hadis ini terdapat penjelasan menasihati dengan cara yang paling baik. Dan hendaklah seseorang tidak merasa takut di jalan Allah terhadap celaan orang yang mencela. Hadis ini mencakupi dua perkara: Tidak boleh berdiam diri atau menutupi kebenaran, dan tidak boleh melakukan kezaliman dan melampaui batas di dalam menyampaikan nasihat. Dan kami berkeyakinan bahawa para ulama (Ahlus Sunnah) kami yang agung telah menegakkan kewajiban ini dengan sebenar-benarnya dan dengan cara yang paling lembut, ikhlas dan benar. Kerana mereka adalah orang-orang yang ahli dan berhak dengannya, maka mereka menjelaskan kebenaran dan tidak menutupinya dengan cara yang lembut dan menginginkan kebaikan untuk negeri dan para hamba. Maka hendaklah para pemuda yang bersikap tergesa-gesa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka telah terbawa oleh semangat agama yang berkobar-kobar sehingga mereka melakukan kezaliman terhadap para ulama umat dan para pewaris para nabi kita. Mereka tidak mengetahui keagungan mereka (para ulama), yang mana mereka diperintahkan agar mengetahuinya. Dalam sebuah hadis (Nabi bersabda):
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak mengagungkan orang yang Iebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda serta tidak mengetahui hak orang alim (berilmu) dan kami.” (Hadis hasan. Dikeluarkan oleh Ahmad dan selainnya, dan dihasankan oleh al-Mundziri. Juga hasan menurut al-Albani di dalam Shahih at-Targhiib (hadits:95))
Ya Allah, bimbinglah kami ke jalan orang-orang yang telah Engkau berikan petunjuk.
Dinukil dan disunting dari:
Kitab Ushulus Sunnah, oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Tahqiq/Syarah Walid bin Muhammad Nubaih, m/s. 105-108. (Edisi Terjemahan: Terbitan Pustaka Darul Ilmi, Mac 2008M)
http://aqidah-wa-manhaj.blogspot.com
Dari imam Ahmad bin Hanbal (katanya):
Dasar ahlus sunnah menurut kami adalah,
30 – Pembahagian fa’i (harta rampasan perang dan kaum kafir tanpa terjadi peperangan) dan penegakan hukuman-hukuman harus diserahkan kepada para
imam (pemimpin). Tidak boleh bagi siapapun untuk mencela dan menyelisihinya. (Imam Ahmad bin Hanbal, Ushulus Sunnah, prinsip 30)
Penjelasan/Syarah:
Kerana ini adalah Sunnah Rasulullah dan para Khalifah ar-Rasyidin radhiyallahu ‘anhum. Dan di dalam hadis disebutkan:
“Kami (para sahabat) membai’at Rasulullah untuk sentiasa mendengar dan taat sama ada di waktu susah atau pun senang, sama ada ianya disukai atau dibenci (oleh kami). Dan agar kami tidak menyelisihi para pemimpin muslimin walaupun mereka melakukan kezaliman terhadap kami. Dan agar kami mengatakan yang haq di mana pun kami berada. Kami tidak takut celaan orang yang mencela di dalam menjalankan penintah Allah.” (Muttafaqun ‘alaihi, dari hadis Ubadah bin Shamit. Al-Bukhari (hadis no. 7199) dan Muslim (hadis no. 1709))
Di dalam hadis ini terdapat penjelasan menasihati dengan cara yang paling baik. Dan hendaklah seseorang tidak merasa takut di jalan Allah terhadap celaan orang yang mencela. Hadis ini mencakupi dua perkara: Tidak boleh berdiam diri atau menutupi kebenaran, dan tidak boleh melakukan kezaliman dan melampaui batas di dalam menyampaikan nasihat. Dan kami berkeyakinan bahawa para ulama (Ahlus Sunnah) kami yang agung telah menegakkan kewajiban ini dengan sebenar-benarnya dan dengan cara yang paling lembut, ikhlas dan benar. Kerana mereka adalah orang-orang yang ahli dan berhak dengannya, maka mereka menjelaskan kebenaran dan tidak menutupinya dengan cara yang lembut dan menginginkan kebaikan untuk negeri dan para hamba. Maka hendaklah para pemuda yang bersikap tergesa-gesa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka telah terbawa oleh semangat agama yang berkobar-kobar sehingga mereka melakukan kezaliman terhadap para ulama umat dan para pewaris para nabi kita. Mereka tidak mengetahui keagungan mereka (para ulama), yang mana mereka diperintahkan agar mengetahuinya. Dalam sebuah hadis (Nabi bersabda):
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak mengagungkan orang yang Iebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda serta tidak mengetahui hak orang alim (berilmu) dan kami.” (Hadis hasan. Dikeluarkan oleh Ahmad dan selainnya, dan dihasankan oleh al-Mundziri. Juga hasan menurut al-Albani di dalam Shahih at-Targhiib (hadits:95))
Ya Allah, bimbinglah kami ke jalan orang-orang yang telah Engkau berikan petunjuk.
Dinukil dan disunting dari:
Kitab Ushulus Sunnah, oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Tahqiq/Syarah Walid bin Muhammad Nubaih, m/s. 105-108. (Edisi Terjemahan: Terbitan Pustaka Darul Ilmi, Mac 2008M)
No comments:
Post a Comment